teks

Hidup sebagai muslim sejati dengan Allah yang selalu di hati

Selasa, 08 Maret 2011

Sebuah sekolah, Seribu cerita (Part ll)

  Kawan, alhamdulillah kita masih bisa bertemu lagi. Dan mudah-mudah pertemuan kita ini selalu diridhai oleh Allah SWT...amin. Kali ini aku ingin meneruskan kembali uraian kata tentang kenangan manis yang kurasa sebagai rasa ungkapan syukurku akan semua hal yang telah ku alami. Pernah suatu saat ketika aku sedang Ujian. Aku melamun sejenak dan melihat semua yang ada di sekitarku. Sebuah suasana yang takkan terulang lagi dalam hidupku. Ku nikmati sedikit demi sedikit atas apa yang ku lihat. Sebuah pemandangan yang takkan terlupakan dan indah bukan main, tak kalah indah dibandingkan megahnya istana taman Taj Mahal yang katanya terbuat dari bahan dasar cinta itu .

  Kupandangi wajah guru yang menjadi pengawas ujianku pada saat itu, kulihat di wajahnya tersirat sebuah pesan," kalau mau pintar makanya belajar !". Kurang lebih seperti itulah pesan yg dia katakan kepada kami yang sedang kebingungan memilih a, b , c, d, atau e kah yang benar. Kupandangi pula kawan-kawanku yang dengan serius mencoba memilih jawaban yang mereka anggap benar dengan cara  memutar-mutar pensilnya sampai tumpul demi menghitamkan lembar jawaban, indah bukan kepalang. Pemandangan kelas yang tersusun rapih seperti yang biasa kulihat. Meja, kursi, black board, white board, poto dua orang penguasa dan burung garudanya, jadwal pelajaran, dan tak lupa pula papan jadwal regu kerja. Semua itu akan menjadi kenangan, dan akan menjadi bagian efisode dalam kisah hidupku ini.

  Tak sadar dalam lamunan itu aku telah tertusuk sebuah anak panah yang menghujam deras ke bagian hatiku. Ya, itulah dia , sebuah kisah klasik masa laluku. Semua itu membuat aku  rindu menjadi ade kelas, dan rindu dengan kakak-kakak kelasku. Sungguh aku rindu suasana-suasana dulu yang pernah kualami. Namun tetap saja waktu terus berlari kedepan dengan egois meninggalkan semua kenangan itu, dan terpaksa ku harus mengikuti langkah demi langkah perjalanan waktu itu sendiri.

   Disaat ku berjalan di lorong teras kelas, aku merasa semua menjadi melambat. Aku melangkah sambil melihat pemandangan di sekitarku . Dan dengan terheran-heran kumelihat dia sedang mengobrol dengan teman-teman sekelas dengan penuh canda dan tawa, aku melihat dia sedang duduk terdiam di tempat dimana dia menyendiri karena patah hati, aku melihat dia  sibuk dalam kegiatannya di organisasi sekolah, aku melihat dia berdiri di depan umum dan dengan berani berbicara menyampaikan sebuah maksud dari hati ke hati.. Aku memang terheran-heran melihat dia, karena tanpa kusangka dia adalah aku. Aku melihat diriku , dalam bayanganku sendiri. Ya, aku tenggelam dalam kenangan di tempat yang pernah ku singgahi disini, di MAN 1 Garut yang aku cintai.

  Perpisahan tak lama lagi akan datang dan akan menjadi bagian dari efisode hidupku seperti halnya kejadian-kejadian yang terkenang di masa laluku. Kawan, kadang ku pernah bertanya-tanya pada diri. Adakah pertemuan tanpa ada perpisahan ? Apakah pertemuan tercipta karena ada perpisahan ? Namun tak dapat terelakan lagi memang pertemuan dan perpisahan adalah satu kesatuan bagaikan kedua sahabat yang selalu bersama dan takkan bisa terpisahkan. Namun, sadarkah kita kawan. Ini bukanlah akhir, ini adalah sebuah permulaan. Pintu tirai panggung baru terbuka, dan kehidupan sebenarnya telah menunggu untuk menyambut kedatangan kita. Dan di ujung pintu perpisahan nanti aku akan katakan kepada kalian kawanku ,"Bergegaslah kawan, sambut masa depan . Tetap berpegang tangan, dan saling berpelukkan . Berikan senyuman tuk sebuah perpisahan,kenanglah sahabat,,,,,,,,,,,,,!!!"

  Kawan, semua untaian kata panjang ini sebenarnya terlalu pendek untuk menuliskan segala rasa yang telah ku alami di sekolahku tercinta. Namun yang terpenting aku bisa mengungkapkan kembali semua kenangan masa lalu yang akan terkenang, dan selalu terkenang. Thanks ya Allah, Engkau telah memberikanku sebuah kisah yang indah dan takkan terlupakan.

1 komentar: