teks

Hidup sebagai muslim sejati dengan Allah yang selalu di hati

Minggu, 13 Maret 2011

Sebuah sekolah, Seribu cerita (Part lV)

  Kawan, sepertinya tangan ini benar-benar tak ingin berhenti merangkum kembali semua skenario kehidupan masa laluku di sekolah. Mungkin ini karena begitu tertariknya hati untuk membaca kembali cerita novel kehidupanku yang penuh dengan konflik dan penyelesaian. Yang kadang Berada di bawah dan terkadang di atas, kadang berada dijalan yang benar dan kadang juga berada dalam kehilafan, kadang mengharukan dan kadang menyebalkan. Semua itu terjadi , dan atas kehendak yang Maha Berkehendak. Semoga jalan cerita kehidupan ini akan selalu mendapatkan Berkah dan Ridha dari sang penulis skenario dan jalan cerita kita semua, yaitu Allah SWT yang Maha Kuasa. Amin. 

Kawan, rasanya baru kemarin aku melihat lambaian tangan tanda berpisah kakak-kakakku saat acara perpisahan. Dan sekarang tak terasa adalah giliranku yang harus angkat koper dan pergi jauh meninggalkan tempat yang telah memberikanku kejaiban ilmu ini. Hati ini benar-benar masih belum percaya. Tertawa bersama di kelas, sibuk mengerjakan tugas, curhat dengan teman sebangku, makan bersama di kantin, saling debat di teras kelas, semua akan berpamitan pergi ketempat yang jauh dan takkan pernah kembali lagi.

Ingin rasanya ku ucapkan kepada mereka, kepada semua sahabatku." Kawan, terima kasih atas semua tinta kasih sayangmu yang kau tulis dalam lembaran-lembaran kisah kehidupan ini. Akan selalu kukenang semua canda tawa kita, masalah yang kadang memisahkan kita, dan kasih yang mempersatukan kita. Berjuanglah dalam jalur kehidupanmu dan tabahkan hatimu. Aku akan selalu menunggu pertemuan kita nanti di saat mimpi-mimpi kita yang tinggi telah kita raih". Dan akan ku genggam erat tangan mereka saat bersalaman dengan sedikit menahan air mata yang akan tumpah ruah ke tanah, walaupun sebenarnya aku tak kuasa.

Masih belum terbayangkan perubahan pola kehidupanku setelah perpisahan nanti. Tak ada lagi istilah pergi ke sekolah, tak ada lagi acara ngobrol bareng di kelas, dan tak ada lagi kata-kata motivasi yang terdengar dari para pahlawan tanpa tanda jasa,"guru sang seniman ilmu yang tabah". Mungkin akan terasa seperti singa yang kehilangan taringnya, gajah yang kehilangan gadingnya, anak ayam yang kehilangan induknya, dan bagaikan seorang raja yang sedang tersenyum manis sambil duduk tenang menyandarkan badanya ke kursi  kemudian kehilangan semua harta, tahta dan jabatannya karena ditendang keluar oleh para pengawalnya tanpa alasan yang jelas. Sungguh akan sangat  kehilangan dan terasa menyakitkan.

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan, seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.{Kahlil Gibran}. Itulah kata-kata yang sedikit membuatku tabah akan perpisahan ini. Semoga nilai dari jarak berbanding lurus dengan kasih dan persahabatannya. Itulah jika ku rumuskan dalam sebuah rumus pelajaran yang paling aku sukai namun tetap berpaling dariku dan membingungkanku, fisika. Semoga semakin jauh jarak antara aku dan kalian, maka semakin besar pula rasa kasih dan persahabatan kita, kawan. Amin...


 Dari sekian banyak kisah yang kutulis, memang tak bosan-bosan aku menulisakn sebuah cerita tentang perpisahan. Itu karena aku hanya ingin mengabadikan semua cerita indah yang kualami, kedalam sebuah  kumpulan huruf-huruf yang indah gemulai ini, yang tak tahu dari mana sebenarnya mereka berasal. 


"Jalanilah hidupmu yang indah, meski kadang kau merasa lelah. Jangan pernah kau berkeluh kesah, yakinilah dan tabah. Takdir Tuhan itu telah ada, sejak semesta ini tercipta. Segala suka dan duka kita kan menjadi cerita". Alunan lagu berjudul jalan kehidupan yang dinyanyikan oleh grup nasyid Hawari ini terus menjadi motivasi kehidupanku. Dan hari ini kutekadkan dalam hati yang paling dalam, aku siap berpisah dengan kalian ,kawanku........Thanks for your love in my heart, my bestfriend.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar